Bukan Sekadar Kurikulum: Indoktrinasi dan Kontrol Sosial di Balik Sistem Pendidikan Belanda
Sistem pendidikan yang diterapkan Belanda di Hindia Belanda bukanlah semata-mata kurikulum untuk mencerdaskan bangsa. Di baliknya, tersimpan agenda terselubung berupa indoktrinasi dan kontrol sosial yang sistematis. Penjajah memahami betul bahwa pendidikan adalah alat ampuh untuk membentuk pola pikir dan loyalitas, guna melanggengkan kekuasaan mereka di tanah jajahan.
Salah satu bentuk indoktrinasi yang paling kentara adalah penekanan pada bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar dan mata pelajaran wajib. Penguasaan bahasa ini dianggap sebagai simbol status dan pintu gerbang menuju posisi di pemerintahan kolonial. Ini secara tidak langsung meminggirkan bahasa-bahasa lokal dan menanamkan rasa inferioritas pada budaya pribumi.
Kurikulum juga sarat dengan narasi yang mengagungkan bangsa Belanda dan peradaban Barat. Sejarah Eropa diajarkan secara mendalam, sementara sejarah Nusantara seringkali direduksi atau disajikan dari sudut pandang kolonial. Indoktrinasi ini bertujuan untuk menanamkan gagasan bahwa Barat lebih maju dan superior, sehingga menjajah adalah tindakan yang “membawa kemajuan.”
Selain itu, indoktrinasi juga terlihat dari penanaman nilai-nilai ketaatan dan kepatuhan terhadap otoritas. Siswa diajarkan untuk menghormati penguasa, tidak mempertanyakan status quo, dan menerima sistem kolonial sebagai sesuatu yang wajar. Ini adalah bagian dari strategi kontrol sosial untuk mencegah munculnya bibit-bibit perlawanan dari kalangan terdidik.
Sistem pendidikan yang diskriminatif, dengan jenjang dan fasilitas berbeda berdasarkan ras, juga merupakan alat kontrol sosial. Pembentukan Elite Birokrat pribumi yang terbatas hanya untuk kalangan bangsawan adalah bagian dari indoktrinasi agar mereka merasa memiliki privilese dan cenderung mendukung pemerintah kolonial, memisahkan mereka dari rakyat jelata.
Meskipun indoktrinasi dan kontrol sosial ini kuat, tidak semua berhasil. Ada individu-individu yang justru menggunakan pengetahuan yang mereka peroleh dari Sekolah Barat untuk memahami penindasan dan membangkitkan kesadaran nasional. Mereka adalah bukti bahwa semangat kemerdekaan tak bisa dibungkam sepenuhnya.
Pada akhirnya, Pendidikan Kolonial bukan hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga perang ideologi. Memahami agenda indoktrinasi dan kontrol sosial di baliknya adalah penting untuk merefleksikan sejarah pendidikan kita, agar di masa depan, pendidikan benar-benar menjadi alat pembebasan dan pembentukan bangsa yang berdaulat serta berkarakter kuat.