Hilangnya Kreativitas: Bahaya Pembelajaran Digital yang Terlalu Terstruktur

Admin_sma3jogja/ September 3, 2025/ Berita

Pembelajaran digital sering kali disusun dalam format yang sangat terstruktur, dengan modul-modul yang kaku dan alur yang telah ditetapkan. Meskipun ini bertujuan untuk efisiensi, pendekatan ini bisa menjadi bumerang dan menyebabkan hilangnya kreativitas siswa. Pembelajaran yang terlalu terstruktur tidak memberikan ruang bagi eksplorasi, penemuan spontan, atau eksperimentasi. Siswa didorong untuk mengikuti petunjuk, bukan untuk berpikir di luar kotak atau menemukan solusi unik.

Ketika setiap langkah sudah ditentukan, siswa tidak perlu berimajinasi atau mencari cara lain untuk menyelesaikan tugas. Mereka hanya perlu mengikuti instruksi yang ada, yang pada akhirnya menumpulkan kemampuan mereka untuk berpikir secara divergen. Lingkungan yang steril dari kejutan ini menghilangkan elemen rasa ingin tahu dan dorongan untuk bereksperimen, yang merupakan fondasi dari proses kreatif.

Sistem pembelajaran digital yang hanya fokus pada penguasaan konten juga berkontribusi pada hilangnya kreativitas. Penilaian sering kali didasarkan pada jawaban yang benar atau salah, bukan pada orisinalitas ide atau pendekatan. Ini membuat siswa enggan mengambil risiko atau mencoba pendekatan yang tidak konvensional, karena takut nilainya akan terpengaruh. Mereka lebih memilih jalur aman yang sudah terjamin.

Untuk mengembalikan elemen kreativitas, penting untuk mengintegrasikan proyek-proyek yang menantang dan terbuka. Guru harus memberikan tugas yang tidak memiliki satu jawaban benar, yang memaksa siswa untuk berpikir secara mandiri dan menemukan solusi mereka sendiri. Ini akan membantu mereka mengembangkan keterampilan berpikir kreatif yang sangat dibutuhkan.

Selain itu, kurikulum digital harus diperkaya dengan alat-alat yang mendukung ekspresi kreatif, seperti aplikasi desain, pengeditan video, atau platform pembuatan konten. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih format presentasi yang mereka sukai dapat mendorong mereka untuk mengekspresikan ide-ide mereka dengan cara yang lebih pribadi dan orisinal.

Peran guru juga harus berubah dari sekadar penyampai materi menjadi fasilitator dan mentor. Guru harus mendorong diskusi, memberikan umpan balik yang membangun, dan merayakan ide-ide unik, bahkan jika ide tersebut tidak sempurna. Ini akan menciptakan lingkungan yang aman di mana siswa tidak takut untuk berinovasi dan mengambil risiko.

Pada akhirnya, bahaya hilangnya kreativitas di era digital adalah nyata. Jika tidak hati-hati, kita akan menghasilkan generasi yang mahir dalam mengikuti perintah, tetapi kurang memiliki imajinasi dan kemampuan untuk berinovasi. Ini adalah ancaman serius bagi masa depan yang membutuhkan pemikir-pemikir orisinal.

Share this Post