Fenomena “FOMO” di Sekolah: Tekanan Sosial yang Menggerogoti Kepercayaan Diri
Di era digital, fenomena “FOMO” atau Fear of Missing Out telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Di sekolah, ini menjelma menjadi tekanan sosial yang kuat. Siswa merasa tertekan untuk selalu terlibat dalam setiap acara, tren, dan percakapan. Alih-alih merasa bahagia, mereka justru sering merasa cemas dan tidak aman, yang secara perlahan menggerogoti kepercayaan diri mereka.
Fenomena ini diperparah oleh media sosial. Siswa terus-menerus melihat highlight kehidupan teman-teman mereka yang tampak sempurna. Mereka melihat pesta, liburan, dan pencapaian yang diunggah, dan tanpa sadar membandingkan hidup mereka sendiri. Perbandingan ini menciptakan perasaan tidak cukup dan rasa iri yang merusak kepercayaan diri.
Dampak dari FOMO sangat signifikan. Siswa menjadi lebih fokus pada citra diri mereka di media sosial, bukan pada siapa mereka sebenarnya. Mereka merasa perlu untuk memalsukan kebahagiaan dan keberhasilan, yang pada akhirnya membuat mereka merasa hampa dan terisolasi.
FOMO juga dapat memicu kecemasan dan depresi. Siswa menjadi terlalu khawatir tentang apa yang dipikirkan orang lain, dan takut akan penolakan. Mereka menjadi terlalu bergantung pada validasi dari luar, yang membuat kepercayaan diri mereka rapuh.
Lalu, bagaimana kita bisa mengatasi masalah ini? Pendidikan harus menjadi kunci. Siswa harus diajarkan tentang pentingnya otentisitas dan kerendahan hati. Mereka harus didorong untuk menemukan kebahagiaan dalam diri sendiri, bukan dari pengakuan orang lain.
Orang tua dan guru juga memiliki peran penting. Mereka harus menciptakan lingkungan yang mendukung dan kolaboratif. Mereka harus mendorong siswa untuk mengeksplorasi minat mereka dan menemukan jati diri mereka. Hal ini akan membantu mereka membangun kepercayaan diri yang kuat.
Pada akhirnya, fenomena FOMO adalah pengingat bahwa kita harus lebih fokus pada kualitas, bukan kuantitas. Kita harus lebih menghargai hubungan yang tulus, dan pengalaman yang bermakna. Ini akan membantu kita membangun kehidupan yang lebih bahagia dan lebih seimbang.
Membangun kepercayaan diri yang kuat tidak datang dari seberapa banyak kita terlibat, tetapi dari seberapa besar kita mencintai dan menerima diri kita sendiri. Mari kita ajarkan anak-anak kita untuk lebih fokus pada diri mereka sendiri, dan bukan pada orang lain.